Saya sering menanyakan ini kepada diri sendiri dan juga kepada teman-teman yang sudah sukses berbisnis. Jawabannya tetap tidak jelas.
Pertanyaan ini muncul ketika saya mulai berpraktek membuka toko baju muslim dannis.
Dasar nekat!.... modal cepak aja berani-beraninya jualan baju dannis yang sudah terkenal mahalnya itu. Tapi dasar bonek, saya nekat aja karena siapa yang tak tahu kualitas dannis. Model selalu terdepan dan berani, bahannya selalu terbagus, warnanya yang awetnya bisa lebih dari dua tahun…. Atau bahkan sampai baju sudah gak muat lagi sama badan anak kita, warnanya masih oke aja. Jadi kalau mau di-baksos-kan jelas masih layak pakai banget.
Maka sayapun membuka toko ini.
Saat masih jualan nglapak di golf (sebelum jadi pasar festival), saya bawa 40 potong baju saja rasanya sudah hebat. Tikar lebar yang saya gelar penuh dengan baju dannis.
Tapi ketika buka toko, stok dua kali lipat, toko saya rasanya masih terlalu besar. Padahal modal sudah terpakai sampai mentok ke ujung kantong dan pojok-pojok rekening tabungan saya. Sekali lagi –patokannya modal cepak.
Biar cepat laku dan uang muter maka sayapun berpromosi. Cetak brosur, bikin blog, info dari mulut ke mulut, mensponsori suatu acara, dan lain-lain. Bahkan spanduk di depan tokopun saya tulis besar-besar nama dannis. Mungkin sekarang orang di Graha Asri lebih kenal ‘dannis’ daripada nama toko saya.
Maka setelah itu, hasil promosipun nampak.
Pengunjung yang masuk ke toko 80% adalah pembeli dannis. Jadi mereka sejak dari rumah datang ke toko saya sudah dengan niat membeli dannis. Yang merepotkan ternyata mereka juga mau membeli produk dannis lainnya selain baju anak. Baju wanita dewasa, baju koko, jilbab, dompet, mukena, tas, sajadah dan lain-lain. Padahal saya lebih focus ke baju anak dannis saja. Maka walhasil mereka pulang dengan gigit jari karena telah menjadi korban promo-promo saya. Mereka menganggap bahwa toko saya menyediakan semua produk dannis, tidak cuma baju anak. Citra yang terbangun melalui brosur, sponsorship, website, telah mengangkat derajat toko saya menjadi toko dannis yang komplit.
Maunya sih saya melengkapi dagangan saya, tapi ya itu tadi, karena modal cekak, maka saya cuma menjual baju anak saja. Maka banyak pengunjung jadi korban. Kecele ternyata toko saya gak sehebat yang mereka bayangkan. Yang saya khawatir mereka tidak mau kembali lagi. Saya sudah ajarkan ke penjaga toko saya, agar mencatat kebutuhan pembeli dan menyanggupi untuk memenuhi dalam dua tiga hari ke depan.
Pembeli adalah raja, maka sayapun dipersilahkan gigit jari.
Kini, ada CiMart, toko retail dan –insya Allah- akan menjadi grosir milik kita semua.
Banyak pakar marketing menjadi anggotanya. Banyak juga yang sudah sukses dalam bisnisnya sendiri. Maka tak diragukan keuletan dan kehebatannya dalam membangun citra CiMart. Melalui blog, facebook, milis, selebaran, even-even dan lain-lain. Maka wajar jika nama CiMart cepat dikenal khalayak di Cikarang, Bekasi bahkan Tangerang.
Tentu tak sekedar tahu nama, tapi juga kesan yang tertangkap oleh mereka, bahwa Cimart menyediakan dan menjual apa saja. Dengan harga kompetitif sesuai dengan slogannya “Solusi Belanja Hemat”.
Pagi tadi saya ke Cimart berbelanja gula untuk produksi teh gelas saya. Setelah itu saya ngobrol agak panjang dengan seorang karyawan Cimart. Salah satu yang disampaikan adalah Cimart sudah dikenal banyak orang, tapi sayang stok barangnya kurang banyak dan lengkap sehingga banyak yang kecele setelah masuk ke toko kita. Malahan ada yang menelpon mau membeli alat fogging. Juga ada telepon dari Tangerang minta dikirim susu ke rumahnya. Terakhir menjelang Idul Adha ini ada aja yang mau membeli kambing Qurban di Cimart.
“Dikira kita menyediakan segala macam, ya, Pak…” katanya lugu.
Dalam hati saya berkata, bahwa ini pasti akibat kegigihan para humas Cimart yang mengenalkan toko kita ini dimanapun kapanpun kepada siapapun.
Maka sekali lagi saya teringat pertanyaan saya terdahulu:
Mana yang harus didahulukan, promosi atau kesiapan barang….?
Cikarang Baru, 20 November 2009
Artikel ini juga bisa dibaca di blognya komunitas entrepreneur CiMart
No comments:
Post a Comment